Kendal  

Ndalem Wongsorogo, Perpaduan Pesantren dan Rumah Kebudayaan

KENDAL, lintasjateng.com – Ndalem Wongsorogo yang terletak di Desa Sidorejo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, merupakan Pesantren dan Rumah Kebudayaan yang dibangun oleh Yayasan Dar Al Mudhaffar. Berbeda dengan pesantren pada umumnya, Ndalem Wongsorogo mengajarkan para santrinya mengaji, budaya hingga enterpreneur.

Ndalem Wongsorogo diresmikan pada Minggu, 1 Oktober 2023 lalu. Pemilik sekaligus pengasuh pesantren tersebut adalah seorang budayawan dan penulis novel dengan ciri khas rambut gimbal bernama Paox Iben Mudhaffar.

Paox Iben yang sejak kecil telah terbiasa melanglang buana menimba ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu budaya. Hingga akhirnnya ia menetap di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak 2005.

Atas permintaan keluarga, Paox Iben akhirnya tergugah mendirikan Ndalem Wongsorogo di rumah peninggalan neneknya yang sudah lama tidak ditempati. Ndalem Wongsorogo didesain menyerupai rumah adat Lombok yaitu Lumbung.

Baca Juga  Polisi Gelar Rekontruksi Penemuan Mayat di Pantura Kendal Korban Tawuran

Interior Ndalem Wongsorogo sendiri terlihat artistik dengan barang-barang antik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Didalam rumah tersebut banyak tersimpan macam koleksi keris baik jaman Mataram dan Majapahit. Juga terlihat banyak lukisan tokoh-tokoh agama dan pemuka agama, hingga kedai kopi lengkap dengan baristanya.

Saat dikonfirmasi, Paox Iben menceritakan, Ndalem Wongsorogo adalah pesantren sekaligus rumah kebudayaan. Dimana seni yang ditawarkan juga tetap berkaitan dengan agama.

“Branding kita pesantren budaya, prinsip dasarnya adalah tempat belajar seniman, tempat seniman mengaji. Kita punya platform, kita punya ideologi,” terangnya.

Sebagai pengasuh pesantren dan rumah kebudayaan Ndalem Wongsorogo, Paux Iben ingin memadukan ruh pesantren sebagai kantin kebudayaan. Tidak hanya mengaji saja, tetapi ada ruang dimana para santri dapat belajar seni budaya hingga enterpreneur.

Baca Juga  Desy Ratnasari Terkesan Kuliner Kendal Pecel Semanggi dan Sate Keong

“Kami ingin mengambil ruang berbeda melalui kebudayaan. Ada mengaji harian mengaji al quran, ngaji mingguan. Dan sebelum dan sesudah ngaji itu, anak-anak bisa latihan hadroh, latihan musik. Nah kalau orang tua bisa klenengan, gamelanan, rutinannya ada juga istighosah,” ungkapnya.

Selain itu, Pesantren Ndalem Wongsorogo juga mengajarkan para santri melalui program kelas kreatif seperti seni rupa hingga barista kopi.

Ndalem Wongsorogo mengakomodir santri kalong yaitu santri yang berasal dari di sekitar pondok pesantren. Serta santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam lingkungan pesantren.

“Kita disini mengakomodir lingkungan disekitar. Ada dua segmen yang penting, yaitu lingkungan sekitar mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Kalau yang mukim kita hanya 17 santri,” beber Paox Iben.(Win)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

71 − = 66