Kendal  

Jelang Ramadan, Warga Kaliwungu Berebut Sumpil

KENDAL, lintasjateng.com – Ratusan warga rela berdesak-desakan untuk berebut pohon uang dan gunungan berupa sumpil, serta aneka hasil bumi dan jajanan pasar dalam acara tradisi Grebeg Sumpil Desa Kutoharjo, Kecamatan, Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Minggu 9 Februari 2025.

Grebeg sumpil merupakan tradisi nguri-uri budaya leluhur yang rutin digelar dalam rangka Haul Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja yang merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam khususnya di Desa Kutoharjo.

Dalam tradisi ini yang menjadi ciri khas adalah rebutan gunungan sumpil yaitu makanan sejenis ketupat khas Kaliwungu terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun bambu dengan bumbu kelapa.

Menurut, petugas jaga makam Eyang Pakuwaja, Sobirin, sumpil memiliki arti, Sumelehno Uripmu Marang Pangeran Ingkang Langgeng (pasrahkan hidupmu kepada sang pencipta yang abadi).

Baca Juga  Indonesia Fishing Festival Bupati Cup Kembali Digelar

“Sumpil ini makanan khas Kaliwungu asli adanya hanya di Kaliwungu yang wajib dipertahankan. Ini kita buat gunungan dan diperebutkan warga. Sumpil ini memiliki makna yang sangat dalam sekali,” ujar Sobirin.

Ia menambahkan, Eyang Pakuwojo merupakan salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Kaliwungu. Sehingga grebeg sumpil ini merupakan tradisi untuk mengenang Eyang Pakuwojo sekaligus melestarikan budaya leluhur.

“Alhamdulillah ini sudah menginjak yang ke-14 tahun dan masyarakat juga tetap antusias. Grebeg sumpil ini menjadi ciri khas dan hanya ada di Kaliwungu ini. Ini juga dalam rangka haul Eyang Pakuwojo untuk mendoakan beliau,” ungkapnya.

Ketua Panitia, Sutikno menjelaskan, ada lima gunungan yang diarak dari depan Makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwojo mengelilingi kota Kaliwungu, kemudian berhenti di bukit Jabal untuk diperebutkan warga.

Baca Juga  BUMDes Akan Dapat Bantuan Keuangan Khusus, Ini Syaratnya

“Haul dan grebeg sumpil ini untuk menyemarakkan dan mengenalkan bahwa di Desa Kutoharjo Kaliwungu juga ada makam seorang wali yang babad tanah leluhur yaitu Eyang Pakuwojo. Jadi biar diingat oleh masyarakat kita rutin adakan haul dan grebeg sumpil,” kata Sutikno.

Ia menambahkan, sebelum diarak, gunungan tersebut dibacakan doa di makam Eyang Pakuwaja. Adapun tujuannya adalah sebagai pengingat dan nguri-nguri budaya leluhur. Serta menjadi tradisi yang dapat mendongkrak wisata religi khususnya di Desa Kutoharjo.

“Tujuannya agar lebih dikenal sehingga banyak peziarah yang datang kesini, dan bisa membawa keberkahan untuk masyarakat sekitar,. Harapannya bisa berkah dapat dirasakan seluruh masyarakat,” ungkapnya.

Sutikno berharap, melalui kegiatan haul dan grebeg sumpil dapat memberikan manfaat dan berkah terutama meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga sekitar. (Win)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 + 4 =