LINTASJATENG,BATANG – Lima Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Batang, dikabarkan mangkrak terbengkalai, karena ditinggal pergi oleh pemborong yang belum selesai dalam proses pembangunan bantuan rehab.
Akibatnya, peserta didik mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di lima sekolah yang menerima bantuan rehab tersebut, terpaksa menumpang di sejumlah tempat yang berada di sekitarnya yang tak layak.
Para peserta didik mengikuti KBM yang menyebar di rumah-rumah penduduk, di rumah ibadah dan di kantor Balai Desa.
Bahkan satu ruangan ada yang digunakan untuk dua rombongan belajar dengan pembatas papan tripleks serta duduk beralaskan lantai yang dingin.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Batang, Lany Dwi Rejeki mengatakan, memang terdapat lima sekolah dasar yang saat ini proses rehab belum selesai.
“Ya ini terjadi karena pihak pemborong tidak bertanggung jawab, meninggalkan pekerjaan yang belum selesai,” katanya.
Dengan adanya kejadian ini, lanjut Lany, rekanan kontraktor yang menanganinya langsung masuk daftar black list. Artinya ke depan tidak bisa mengikuti lelang proyek pembangunan di berbagai daerah.
“Untuk penyelesaian rehab tersebut, sudah dianggarkan lagi pada perubahan RAPBD, sehingga bisa dipastikan tahun ini akan dilanjutkan dan bisa segera ditempati untuk KBM normal,” jelasnya.
Dari lima paket sekolah dasar yang mendapatkan bantuan rehab, pengerjaannya dipegang satu rekanan asal daerah Cimahi Tasikmalaya, Jawa Barat, yang saat ini sudah mendapatkan sanksi karena tidak menyelesaikan pekerjaan.
“Semoga rekanan penggantinya kedepan nanti, bisa berkomitmen dalam bekerja. Serta nenyelesaikan pekerjaan hingga tuntas. Tanpa tidak berhenti ditengah jalan,” imbuh Lany.
Sementara salah satu pengajar Sekolah Dasar Negeri 1 Plelen Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Dava Tirta.
Menurutnya para siswa kelas V, sudah beberapa bulan ini terpaksa belajar sambil lesehan, dan bercampur dengan kelas lain dalam satu ruangan.
Karena gedung sekolahnya sedang diperbaiki, mau tidak mau untuk sementara harus menikmati kondisi belajar dengan suasana tak biasanya di ruangan khusus, ada meja dan kursi.
“Sejak belajar dengan alas lantai keramik, memang tidak nyaman dan rasanya dingin. Terlebih kalau pas turun hujan, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Ya semoga segera bisa kembali belajar di tempat yang normal,” ungkap Dava.
Salah seorang wali murid kelas III, Alpiyah mengaku ikut prihatin, melihat situasi yang tengah berlangsung. Hal ini terjadi, dikarenakan rehab gedung bangunan SD Negeri Plelen I belum ada kejelasan kapan selesainya.
Akibatnya para anak didik, termasuk anaknya, sejak akhir tahun 2021 hingga sekarang terpaksa mengungsi numpang ke rumah warga dan tempat ibadah yang tak jauh dari gedung yang tengah diperbaiki.
“Sebelumnya bulan lalu direncanakan sudah selesai, namun sampai sekarang kondisi bangunan belum bisa ditempati. Semoga saja tidak berlarut-laru sampai setahun lamanya,” ujar Alpiyah. (Mash).