Masa pandemi mengubah dengan cepat beberapa bagian dari proses pendidikan. Guru harus mengubah cara mengajar lama dengan cara mengajar baru serta mempertimbangkan kesehatan peserta didik sebagai hal yang utama. Tuntutan zaman yang telah memasuki industri 4.0 juga tidak berhenti sehingga “memaksa” guru mempersiapkan peserta didik siap memasuki dan beradaptasi dengan segala perubahan yang ada.
Memasuki industri 4.0, ketrampilan yang harus dikuasai antara lain kreativitas, kemampuan
memecahkan masalah, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa
pandemi memberi dampak yang serius, salah satunya yakni peserta didik tidak maksimal menerima
materi yang diajarkan guru sehingga timbul permasalahan terkait dangkalnya materi yang diterima.
Model mengajar lama tidak akan mampu memfasilitasi peserta didik menguasai ketrampilan
masa depan terutama jika cara mengajar masih berpusat pada guru. Project Based Learning menjadi
salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk mempersiapkan peserta didik
memasuki industri 4.0 serta membantu guru menanamkan materi selama masa pandemi dengan
munculnya keterbatasan-keterbatasan selama proses pembelajaran
Project based learning dapat diterapkan pada seluruh jenjang kelas baik kelas rendah
maupun kelas tinggi. Guru harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menjadi
sebuah stimulus, tentunya sesuai jenjang kelas masing-masing dan karakter peserta didik. Hal ini
penting dipersiapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus
yang menggugah peserta didik ini akan menjadi lebih bermakna ketika guru mampu mengaitkan
dengan kondisi dengan realita dunia nyata dan dekat dengan kehidupan peserta didik.
Stimulus yang disampaikan guru akan ditangkap oleh peserta didik sehingga peserta didik
memiliki waktu dan kesempatan untuk mengekplorasi berbagai informasi, mengolah,
menginterpretasi, dan menyimpulkan serta menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Melalui
metode ini pula peserta didik diajak memecahkan masalah melalui proyek yang dihasilkan. Dengan
demikian ada proses “membangun sebuah jalan” yang harus dipersiapkan peserta didik. Setelah
mempersiapkan, maka peserta didik mencoba membangun, menyelesaikan, serta mengevaluasi
proyek apakah sesuai dengan yang diharapkan dan tentunya mampu menjawab masalah yang ada.
Peserta didik juga diberikan kesempatan menyampaikan temuan proyeknya pada teman-temannya sehingga akan memperkaya diri, ada penerimaan serta saling memberikan tanggapan
positif. Dengan demikian karena metode ini berpusat pada peserta didik dan guru hanya bertugas
sebagai fasilitator maka kreativitas peserta didik akan terasah, pemahaman terhadap materi juga
akan lebih mendalam karena peserta didik lebih aktif dan terbentuklah tahap demi tahap
pemahaman materi secara konkret sehingga peserta didik akan lebih lama menyimpan dalam
memory atau ingatannya.
Sebagai contoh pelaksanaan metode ini, ada sebuah pertanyaan yang diberikan pada peserta didik kelas 2 SD tentang apa manfaat energi dalam kehidupan manusia, peserta didik diminta membuat proyek, beberapa anak berkolaborasi menghasilkan kincir angin dan pada kelompok lain dihasilkan kincir air. Kreativitas terlihat pada masing-masing produk yang dihasilkan, mulai dari bentuk, warna, dan bahan yang digunakan. Setelah menyelesaikan proyek, masingmasing kelompok diminta untuk presentasi tentang proses pembuatan, cara kerja, dan manfaat dari produk yang mereka hasilkan serta menjawab pertanyaan manfaat energi dalam kehidupan manusia. Pada peserta didik kelas 6 dimunculkan sebuah pertanyaan sebagai stimulus tentang bagaimana mengatasi global warming. Peserta didik berkolaborasi membuat sebuah proyek berupa poster campaign. Ada kelompok yang menggunakan bahan bekas, media digital, ada pula yang menggunakan gambar sebagai sarana menjawab pertanyaan tentang bagaimana mengatasi global warming. Setelah menyelesaikan proyek, masing-masing kelompok meyampaikan presentasi tentang bagaimana mengatasi global warming, kelompok lain memberikan tanggapan dan apresiasi sehingga makin kayalah materi yang diterima peserta didik.
Project based learning menjadi salah satu alternatif peserta didik mengembangkan
kreativitas sekaligus menjadi sarana memahami materi lebih dalam dengan segala keterbatasan
waktu dan interaksi tatap muka antara guru dan peserta didik.
Oleh: Elisabeth Risa Kurniastuti, S.Psi., M. Si (Kepala Sekolah Dasar Kristen 3 YSKI)